Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita melakukan komunikasi, baik dengan atasan, rekan kerja, tetangga, teman bermain, dan bahkan berkomunikasi dengan diri sendiri meskipun dalam hati. Selama manusia hidup dari lahir sampi meninggal dunia, manusia membutuhkan komunikasi baik verbal maupun non verbal. Seorang bayi baru lahir menggunakan mata dan tangisannya untuk berkomunikasi dengan orang disekelilingnya. Komunikasi merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk sebuah makna, dan setiap kata memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi fisik dan pikiran seseorang. Lihatlah begitu banyaknya orang sakit hati karena perkataan seseorang, namun banyak juga yang senang berkat kata-kata.
Lalu, mengapa kita perlu berhati-hati dalam memilih kata? Setiap kata mempunyai kekuatan dalam memprogram pikiran seseorang. Kata yang digunakan ini, suka atau tidak sebenarnya merupakan afirmasi yang sangat dahsyat efeknya.

Kata yang kita gunakan, secara sadar atau tidak, menentukan kualitas berpikir kita. Lihatlah para pendiri bangsa di seluruh dunia, hampir semuanya memiliki ketrampilan berkomunikasi yang berpengaruh. Bung Karno merupakan salahsatu the founding father Indonesia yang dapat mengolah kata-kata menjadi sugesti yang powerful sehingga memiliki keajaiban tersendiri bagi yang mendengarnya.
Sebelum saya lanjutkan, coba rasakan di hati anda apa perasaan yang muncul saat saya berkata, “Cinta”, “berhasil”, “Bahagia”,”Sayang”, “Kasih”, “Tenang” ,”Relax”, “Nyaman” ,”Damai”, “Pengorbanan”, “Benci”, “Marah”, “Di khianati”, “Bangsat”, “Jahanam”, “Diperkosa”, Di pukul”, “Di tendang”.
Dapatkah anda merasakan perbedaannya? Untuk lebih dapat merasakannya, silakan anda baca satu persatu dan hafalkan, lalu pejamkan mata anda lalu ucapkan satu persatu secara perkahan dan rasakan hati anda.
Bila anda melakukan dengan sungguh-sungguh, maka hati anda akan muncul perasaan yang sejalan dengan kata yang anda ucapkan. Pertanyaannya adalah, “Mengapa hanya dengan mengucapkan suatu kata kita langsung merasakan suatu emosi?”. Pikiran kita bekerja bukan berdasarkan kata-kata. Pikiran bekerja dengan menggunakan gambar. Saat suatu kata kita ucapkan atau pikirkan maka pikiran akan langsung mengubah kata itu menjadi suatu gambar visualisasi di dalam pikiran, yang sejalan dengan pengalaman hidup kita, yang berhubungan dengan kata itu.
Contohnya, ambil saja kata “BAHAGIA“. Saat kita mengucapkan atau memikirkan kata “BAHAGIA“, maka pikiran kita akan mengubahnya menjadi gambaran disaat kita dahulu merasakan kebahagiaan, seperti di masa kecil bertemu kakek nenek, ayah ibu yang masih lengkap, peristiwa wisuda, pernikahan, kejuaran, dan lain-lain saat kita merakan kebahagiaan. Selanjutnya gambar ini akan membangkitkan emosi yang terkait dengannya. Selanjutnya emosi ini akan membangkitkan emosi lainnya.
Bandingkan dengan contoh berikut, katakan:  “Mati”, “Tewas”, “Modar”, “Dead, “Wafat”, “Mangkat”, “Meninggal”, dan “Mampus”. Bisa anda rasakan bedanya? Meskipun semuanya mempunyai makna yang sama namun efeknya di pikiran dan perasaan berbeda.
Dengan memahami dan menyadari bahwa setiap kata mempunyai pengaruh yang begitu luar biasa maka kita harus hati-hati memilih kosa kata yang baik, sehingga menjadi sugesti positif bagi diri kita.
Contoh di atas merupakan kata yang berdiri sendiri. Bagaimana bila sudah dirangkai menjadi sebuah kalimat? Wah ini jauh lebih dahsyat lagi efek dan keajaibannya. Coba anda rasakan di hati anda perbedaan kalimat berikut ini:
1. Pencuri ayam di pasar dihakimi warga sampai tewas;
2. Anak di bawah umur itu di aniaya ibunya sendiri;
3. Pemulung di perempatan itu di pukul, di tendang dan di bunuh oleh oknum petugas;
4. Perusahaan itu terbakar karena di bakar oleh kompetitornya yang iri dan dendam pada pemiliknya.
Apa yang anda rasakan? Pasti tidak enak, dan sesak di dada. Efek perasaan negatif ini akan lebih dahsyat bila anda membaca setiap kalimat dengan sungguh-sungguh dan menggunakan intonasi atau tekanan suara tertentu.
Sekarang, saya perlu menetralisir perasaan negatip di hati anda, karena membaca kalimat-kalimat di atas dengan perasaan positip. Coba rasakan kalimat berikut:
“Cinta seorang ibu kepada anaknya sangat tulus. Ia mendidik, membesarkan dan merawat anaknya dengan kasih sayang, sluruh jiwa dan raganya diberikan untuk pertumbuhan anaknya agar menjadi orang yang baik dan berhasil. Terima kasih Ibu”.
Setiap kata dan kalimat yang bermuatan emosi negatif harus kita hindari, harus kita hindari. Mengapa? Emosi negatif ini sangat merugikan diri kita. Emosi negatif ini akan menguras energi psikis kita. Satu prinsip emosi yang jarang orang perhatikan adalah bahwa emosi, baik positif maupun negatip, akan semakin kuat bila sering diakses atau dirasakan.
Ada beberapa cara untuk melakukan kebiasaan baru untuk senantiasa berkata baik sehingga terjadi keajaiban pada diri dan kehidupan kita.
  1. Pilihlah kosa kata dengan seksama dan bijak. Pilihlah kosa kata yang mempunyai efek positif. Kalaupun terpaksa menggunakan kata yang agak negatif maka kita perlu menyatakannya dengan cara yang positif. Misalnya anda merasa tersinggung. Daripada berkata “Saya tersinggung atas pernyataannya”, anda akan lebih positif bila berkata “Saya kurang setuju dengan pernyatannya“. Kalimat kedua selain lebih positif karena tingkat intensitas emosinya lebih rendah juga lebih terkesan elegan. Kedua, kita mengurangi atau kalau bisa menghindari sama sekali membaca berita-berita negatip. Ketiga, menghindari berita televisi yang negatip. Keempat, menghindari kawan atau lingkungan yang negatip, yang sudah tentu banyak menggunakan kosa kata negatip;
  2. Selain mengurangi atau menghindari kata dan sugesti negatif kita perlu memperbanyak pemakaian kosa kata positif yang mempunyai efek kuat. Contoh: “Pikiran saya tenang”, “Pikiran saya damai”, “Saya suka baca buku”, “Saya sangat menikmati membaca buku”, dll.
  3. Kembangkan perbendaharaan kata. Semakin banyak kosa kata seseorang biasanya semakin baik kemampuannya mengutarakan isi hati dan pikirannya. Dengan demikian akan semakin efektif ia melakukan afirmasi, komunikasi dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, yang tentunya berpengaruh dalam memprogram pikirannya.